Rabu, 07 Juli 2010

Buah Hatiku Tercinta TITIS CAHAYA PRATAMA DAN TITO CAHAYA PRAKASA



Khasiat Apel Buah Ajaib Penangkal Penyakit

§ Apel Buah Ajaib Penangkal Penyakit

Makanlah apel setiap hari dan tubuh akan terhindar dari penyakit. Demikian makna peribahasa bahasa Inggris an apple a day keeps the doctor away. Bukan hanya penyakit ringan seperti flu dan diare yang bisa ditangkal dengan apel, tapi juga kanker, serangan jantung, dan stroke.

Sejarah apel ternyata setua sejarah umat manusia. Buah berwarna merah menggoda inilah yang membuat Adam dan Hawa terusir dan Taman Firdaus. Mitologi Yunani mencatat pula bahwa buah apel adalah penyebab terjadinya perang Troya. Konon Paris menyulut kecemburuan para dewa dengan mempersembahkan apel kepada dewi cinta Aphrodite, sehingga terjadilah perang Troya yang terkenal itu. Apel juga memberi inspirasi bagi sejumlah orang terkenal di dunia. Sir Isaac Newton menemukan teori gravitasi setelah melihat buah apel yang terjatuh dari pohon. Steve Jobs memilih apel sebagai sebuah merek komputer terkenal di dunia. Di Indonesia, di sekitar tahun 80-an, penyanyi Anita Sarawak pernah sukses mempopulerkan lagu “Tragedi Buah Apel”.

Penampilan buah yang ranum, renyah, dan berwarna merah ini mungkin membuat apel menjadi pesona tersendiri bagi manusia selama berabad-abad. Pesona merah dan ranum ini sering pula dikaitkan dengan sensualitas seperti Aphrodite. Oleh karenanya, pada zaman dulu sari buah apel sering digunakan untuk penyegar dan stimulan dalam bercinta. Sayangnya, belum ada penelitian yang mengumumkan benar tidaknya khasiat apel sebagai ramuan stimulan dalam bercinta.

Namun, apel telah terbukti bermanfaat untuk wanita usia menopause. Menurut penelitian US Apple Association pada tahun 1992, diberitakan bahwa apel mengandung boron yang membantu tubuh wanita mempertahankan kadar estrogen pada saat menopause. Gangguan penyakit pada saat menopause, seperti ancaman penyakit jantung dan kekeroposan tulang karena kurangnya hormon estrogen, bisa dicegah dengan boron yang terkandung dalam apel.

Flavonoid Tertinggi

Telah banyak penelitian mengungkapkan bahwa apel, seperti buah-buahan lain, kaya akan serat, fitokimia, dan flavonoid. Hanya saja, menurut Institut Kanker Nasional Amerika Serikat, apel paling banyak mengandung flavonoid dibandingkan dengan buah-buahan lain.

Zat ini, menurut laporan tersebut, mampu menurunkan risiko kena penyakit kanker paru-paru sampai 50 persen. Selain itu ada kabar baik untuk kaum pria. Hasil penelitian Mayo Clinic di Amerika Serikat pada tahun 2001 membuktikan bahwa quacertin, sejenis flavonoid yang terkandung dalam apel, dapat membantu mencegah pertumbuhan sel kanker prostat.

Fitokimia di dalam apel akan berfungsi sebagal antioksidan yang melawan kolesterol jahat (LDL, Low Density Lipoprotein), yang potensial menyumbat pembuluh darah. Antioksidan akan mencegah kerusakan sel-sel atau jaringan pembuluh darah. Pada saat bersamaan, antioksidan akan meningkatkan kolesterol baik (HDL, High Density Lipoprotein), yang bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung dan pembuluh darah.

Tidak hanya itu, kandungan pektin (serat larut yang dikandung buah-buahan dan sayuran), telah diteliti dan terbukti menurunkan kadar kolesterol di dalam darah. Secara spesilik pada sebuah penelitian awal, terbukti bahwa dalam apel ditemukan asam D-glucaric yang berinanfaat mengatur kadar kolesterol. Disebutkan dalam penelitian tersebut, jenis asam ini mampu mengurangi kolesterol sampai 35 persen.

Kadar kolesterol yang terjaga dan zat antioksidan akan melindungi tubuh dari serangan jantung dan stroke. Ini terbukti pada sebuah studi di Finlandia tahun 1996, bahwa orang yang pola makannya mengandung fitokimia, berisiko rendah untuk kena penyakit jantung. Penelitian lain, sebagaimana dikutip the British Medical Journal mengungkapkan bahwa apel juga mencegah terjadinya stroke.

Zat fitokimia yang terdapat pada kulit apel ini, menurut sebuah penelitian di Cornell University Amerika Serikat, bermanfaat menghambat pertumbuhan sel kanker usus sebesar 43 persen. Fitokimia dan flavonoid secara bersama-sama dilaporkan juga menurunkan jumlah kejadian kanker paru-paru.

Sementara itu, sebuah penelitian lain di Welsh, Inggris, menunjukkan bahwa konsumsi buah apel secara teratur akan membuat paru-paru berfungsi lebih baik. Para peneliti yakin fungsi pernapasan akan lebih baik karena kandungan fitokimia di dalam apel meredam efek negatif oksidan yang merusak organ tubuh.

Redakan Diare

Kandungan serat apel ternyata terhitung tinggi, sebesar lima gram untuk setiap buah berukuran sedang. Jumlah ini lebih tinggi daripada kandungan serat pada kebanyakan produk sereal. Serat ini bermanfaat untuk melancarkan pencernaan dan menurunkan berat badan.

Buah ini hampir tanpa lemak dan kolesterol, sehingga cocok dimasukkan sebagai menu orang yang sedang berdiet. Keluhan seperti sembelit pada orang diet, tidak akan terjadi bila orang tersebut memasukan apel sebagai bagian dari menunya.

Meski bermanfaat mengatasi sembelit, buah apel juga punya khasiat meredakan diare. Ini menurut Miriam Polunnin dalam bukunya “Healing Foods”. Menurut buku tersebut, apel sangat bermanfaat untuk pencernaan.

Penelitian Konowalchuck J pada tahun 1978 mempublikasikan manfaat lain apel. Konowalchuck menyebutkan bahwa sari buah apel terbukti ampuh melawan berbagai serangan infeksi virus. Dengan sari apel, stamina dan kekebalan tubuh akan menjadi lebih baik. Kondisi ini bisa menghindarkan tubuh dari serangan virus, terlebih pada saat pergantian musim seperti sekarang ini.

Di samping kandungan zat-zat yang telah disebutkan di atas. Apel juga mengandung tannin berkonsentrasi tinggi. Tannin ini, seperti ditulis “Jurnal American Dental Association” pada tahun 1998, mengandung zat yang dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi yang disebabkan oleh tumpukan plak. Tidak hanya itu, tannin juga berfungsi mencegab infeksi saluran kencing dan menurunkan risiko penyakit jantung.

§ Beberapa Khasiat Buah Apel

Penampilan apel yang merah dan ranum mengundang imajinasi dan selera orang yang memandangnya. Apel dijuluki buah terlarang yang sensual dan memiliki daya tarik tersendiri. Lebih dari itu, buah apel punya banyak manfaat untuk kesehatan, yaitu:

1. Menurunkan kadar kolesterol

Apel dikenal mengandung fitokimia, zat antioksidan yang efektif melawan kolesterol jahat (LDL). Life Science tahun 1999 menulis, selain menurunkan kolesterol jahat, apel juga meningkatkan kolesterol baik (HDL). Kandungan pektin dan asam D-glucaric dalam apel berjasa membantu menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh.

2. Mencegah kanker dan menyehatkan paru-paru

National Cancer Institute di AS melaporkan, zat flavonoid dalam apel terbukti dapat menurunkan risiko kanker paru-paru sampai 50 persen. Penelitian dari Cornell University di AS juga menemukan bahwa zat fitokimia dalam kulit apel menghambat pertumbuhan kanker usus sebesar 43 persen.

3. Mencegah penyakit jantung dan stroke

British Medical Journal (1996) mencatat, apel terbukti mencegah serangan stroke. Publikasi penelitian di Finlandia (1996) menunjukkan, orang berpola makan kaya flavonoid mengalami insiden penyakit jantung lebih rendah.

4. Menurunkan berat badan

Sebagai sumber serat yang baik, apel baik untuk pencernaan dan membantu menurunkan berat badan. Apel merupakan camilan yang sangat baik untuk orang yang sedang menurunkan berat badan karena kadar seratnya tinggi sehingga mencegah rasa lapar datang lebih cepat.

5. Menjaga kesehatan gigi

Apel juga mengandung tanin, zat yang bermanfaat mencegah kerusakan gigi periodontal. Penyakit gusi itu disebabkan saling menempelnya bakteri pembentuk plak. Itu menurut Journal of American Dental Association (1998).

6. Membuat perempuan tetap cantik

Kandungan boron dalam apel terbukti membantu wanita mempertahankan kadar hormon estrogen saat menopause. Mempertahankan estrogen berarti mengurangi gangguan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon di kala menopause, misalnya semburan panas, nyeri, depresi, penyakit jantung, dan osteoporosis.

7. Melindungi tubuh dari virus flu

Konowalchuck pada 1978 mengeluarkan publikasi mengenai efek antivirus dalam minuman sari buah apel. Menurutnya, sari apel sangat baik untuk melawan serangan infeksi virus karena stamina dan kekebalan tubuh meningkat berkat konsumsi sari apel itu.

Sumber:

- Kompas.Com 23 Oktober 2008

- http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0304/18/231005.htm

Kamis, 01 Juli 2010

WELCOME TO BLOGGER SRI.WINARNI TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU DOSEN PROF. H.MUH AMIR MASRUHIM, M.Kes




PENALARAN DAN PERENUNGAN

Definisi Penalaran: Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya. Secara simbolik manusia memakan buah pengetahuan lewat Adam dan Hawa. Dia mengetahui apa yang benar dan yang salah, baik dan buruk, indah dan gersang. Manusia adalah satu-satunya mahluk yang mengembangkan pengetahuan ini sungguh-sungguh.. Manusia mengembangkan kebudayaan, memberi makna bagi kehidupan, manusia“memanusiakan” diri dalam dalam hidupnya. Intinya adalah manusia di dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidupnya. Hal itu yang membuat manusia mengembangkan pengetahuannya sehingga mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat khas.

Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan oleh dua hal utama:
a.Bahasa, sebagi alat komunikasi, mengekspresikan diri
berintegrasi dan beradaptasi social,kontrol social, sehingga
manusia mampu mengkomunikasikan informasi.
b.Kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka
berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir
seperti ini disebut penalaran.
2.Hakekat Penalaran: merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Manusia pada hakikatnya merupakan mahluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Benar bagi setiap orang tidak sama, dalam kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan dan jalan pikiran mempunyai meliputi kritepria kebenaran, sebagai landasan bagi proses kebenaran. Penalaran adalah proses penemuan kebenaran di mana setiap penalaran mempunyai kriteria kebenaran masing-masing.
Ciri-ciri penalaran:
Pertama ialah adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika, penalaran logika adalah berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola atau logika tertentu.
Kedua ialah sifat analitik proses berpikirnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri akan analisis dan kerangka berpikir yang digunakan penalaran yang logis. Artinya penalaran ilmiah merupakan kegiatan analisis secara logika .
3. Logika Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan.
Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan
menurut cara. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, di mana didefenisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih.” Ada beberapa cara penarikan kesimmpulan, sesuai tujuan studi yang dipusatkan pada penalaran yang difokuskan pada dua jenis penarikan kesimpulan, yakni logika induktif dan deduktif.
Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan kasus individual nyata menjadi kesimpulan bersifat umum. Sedangkan logika deduktif, menarik kesimpulan dari sifat umum menjadi kasus bersifat individual (khusus).

a. Penalaran Induksi: merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan bersifat umum menjadi bersifat individu. Penalaran induktif dimulai dengan dikemukakan pernyataan-pernyataan yang bersifat khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan bersifat umum. Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya karena mempunyai dua keuntungan.
• Bersifat ekonomis.
• Kemungkinkan proses penalaran selanjutnya.

b. Penalaran deduktif adalah cara berpikir dimana dari pernyataan bersifat umum ditarik kesimpulan menjadi khusus. Penarikan kesimpulan deduktif biasanya menggunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus yaitu disusun dari dua buah pertanyaan dan satu kesimpulan. Pernyataan yang didukung silogismus ini disebut premis mayor dan minor. Kesimpulan adalah pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut. Ketepatan penarikan kesimpulan tergantung pada tiga hal yakni kebenaran premis mayor, minor, dan keabsahan penarikan kesimpulan. Apabila salah satu syarat tidak terpenuhi maka kesimpulan yang ditarik akan salah. Contoh matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif.
4. Sumber Pengetahuan :Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu! Baik logika deduktif maupun induktif, dalam proses penalarannya, mempergunakan premis-premis yang berupa pengetahuan yang dianggapnya benar. Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio(kaum rasionalis), Kedua mendasarkan diri kepada pengalaman(kaum empiris).
Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dan premis yang dipakai untuk penalaran didapatkan ide yang dianggap jelas dan dapat diterima. Paham ini disebut idealisme. Lain dengan kaum rasionalis kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia bukan didapatkan lewat penalaran abstrak namun lewat penalaran konkret dan dapat dinyatakan lewat tangkapan panca indra.
Disamping rasionalisme dan empirisme masih terdapat intuisi dan wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa melalui proses penalaran tertentu. Pengetahuan inuitif dapat digunakan sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya dalammenentukan benar atau tidaknya suatu penalaran.
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi yang diutusnya sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah yang bersifat transedental kepercayaan kepada Tuhan yang merupakan sumber pengetahuan, kepercayaan kepada nabi sebagai suatu pengantara dan kepercayaan terhadap suatu wahyu sebagai cara penyampaian merupakan titik dasar dari penyusunan
pengetahuan ini.. kepercayaan merupakan titik tolak dalam agama. Suatau pernyataan harus dipercaya dulu baru bisa diterima. Dan pernyataan ini bisa saja dikaji lewat metode lain. Secara rasional bisa dikaji umpamanya apakah pernyataan-pernyataan yang terkandung didalamnya konsisten atau tidak.di pihak lain secara empiris bisa dikumpulkan fakta-fakta yang mendukung pernyataan tersebut.
5 . Kriteria Kebenaran:Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap apa yang dianggapnya benar. Oleh sebab itu ada beberapa teori yang dicetuskan dalam melihat kriteria kebenaran.Pertama adalah teori koherensi. Teori ini merupakan menyatakan bahwa pernyataan dan kesimpulan yang ditarik harus konsinten dengan pernyataan dan kesimpulan terdahulu yang dianggap benar. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori koherensi suatu pernyatan dianggap benar bila pernyataan tersebut bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Matematika adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren Paham lain adalah kebenaran yang didasarkan pada teori korespondensi. Bagi penganut teori korespondensi, suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Maksudnya jika seseorang menyatakan bahwa “ Propinsi Kalimantan Timur Ibukita Samarinda” maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan itu dengan obyek yang bersifat factual yakni Samarinda memang Ibukota Peropinsi Kalimantan Timur.

Teori Pragmatis dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1924) dalam sebuah makalah yang terbit
tahun 1878 yang berjudul “How to make Our Ideas Clear.” Teori ini kemudian dikembangkan oleh para filsuf
Amerika. Bagi seorang pragmatis, kebenaran suatau pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan
tersebut bersifat fungisional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan
itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan umat manusia.

Prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Pengetahuan dapat disebut pengetauan : memakai syarat-syarat tertentu.Syarat tertentu utama:metode
ilmiah.Metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yangmempunyai langkah-langkah sistematis.
Metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peratiran-peraturan dalam metode tersebut.
Metodolgi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam ilmiah, secara filsafat,
Epistimologi terbagi empat yaitu:
1. Apakah sumber-sumber pengetahuan
2. Apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan
3. Apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan
4. Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manusia
Bepikir adalah kegitan mental yang menghasilkan pengetahuan : MI= ekspresi, mengenai cara belajar
pikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuanyang dihasilkan, diharapkan mempunyai karakteristikkarakteristik
tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah yaitu: sifat rasional, teruji= MI: menggabungkan cara berpikir deduksi dan induksi
Berpikir deduktif, sifat rasional kepada pengetahuanilmiah dan bersifat konsisten, sistematis (tahaptahap).
Sifat rasional dan koheren adalah ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek
yang berada dalam jalur penekanan.
Sifat rasional, tidak final, karena bersifat pluralistic oleh sebab itu cara berpikir ilmiah digunakan pula cara
berpikir induktif yang berdasarkan criteria kebenaran korespondensi. Teori korespondensi meyebutkan bahwa
suatu pernyataan dapat dianggap benar sekiranya materi yang terkandung dalam pernyataan itu
berkorespondensi (bersesuaian) dengan objek tektual yang dituju. Suatu pernyatan benar bila terdapat buktibukti
empiris yang mendukung cotoh salju, Jakarta .
Proses kegiatan ilmiah manusia mengamati sesuatu, ada perhatian terhadap objek tertentu perhtian:
suatu masalah atau kesukaran yang dirsakan bila kita menemukam sesuatu dalam penglaman kita yang
menimbulkan pertanyaan, ini dimulai dalam dunia empiris: terjadilah eksistensi empiris. Dilihat dari perkembangan
kebudayaan dapat menghadapi masalah maka hal ini dapat dibedakan menurut ciri-ciri tertentu.
Bedasrkan sikap manusia menghadapi masalah ini maka Van Peursen membagi perkembangan kebudayaan
menjadi tiga tahap: mistis, ontologis, horisional.
1. Mistis, sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatn gaib disekitarnya
2. Ontologis, sikap manusia yang tidak lagi merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan gaib dan bersikap
mengambil jarak terhadap objek disekitar kehidupan dan mulai menelaah objek tersebut
3. Fungsional, sikap manusia yang bukan saja merasa telah terbebas dari kepungan kekuatan gaib dan
mempunyai npengetahuan berdasarkan penelahan objek tersebut, namun lebih dari itu dia
mengfungsionalkan pengetahuan tersebut bagi kepentingan dirinya. Ilmu mulai berkembang dari tahap
ontologis ini antara lain: terlepas dari kekuatan gaib,menguasai gejala empiris, memberi batas yang
jelas terhadap objek kehidupan tertentu (terhadap ontologis).
Terhadap ontologis (manusia) – batas eksistensi masalah –mengenal ujud masalah –menelaah –mencari
pemecahan masalah. Hanya membatasi pada masalah yang didasarkan atas empiris, masalah nyata maka
jawaban ada didunia kejahatan, ilmu diawali dengan fakta dan diakhiri dengan fakta, apapun teori yang
menjembataninya, teori penjelasan mengenai gejala yang terdapat didunia fisik tersebut .
Teori ilmu adalah penjelasan rasonal yang berkesesuaian dengan objek yang diperlukannya, dan harus
didukung oleh bukti empiris. Metode ilmiah: empirisme, rasionalisme. Teori ilmu ada 2 syarat yaitu: konsisten
dengan teori sebelumnya, cocok dengan fakta-fakta empiris oleh sebab itu, teori ilmu yang belum teruji
kebenarannya secara empiris dari semua penjelasan rasional statusnya hanya bersifat sementara atau
penjelasan sementara (hipotesis). Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan
yang kita hadapi. Fungsinya adalah: penunjuk jalan untuk mendapatkan jawaban, membantu menyalurkan
penyelidikan.
Hipotesis disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui
sebelumnya, pengetahuan ilmiah adalah perkembangan setahap demi setahap (jumlh penyusunan hipotesis).
Dari hipotesis: menguji hipotesis (mengkonfrontasikan dengan dunia fisik yang nyata), proses pengajian ini
(pengumpulan fakta yang relefen dengan hipotesis yang diajukan, dalam agama proses pengujian meliputi:
penalaran, persaan, intuisi, imajinasi, dan pengalaman. Hal tersebut dirumuskan dengan langkah Logico
Hipotheticoverifikasi.
cara untuk menguji suatu gagasan atau pemikiran atau hipotesis dalam ukuran-ukuran :
• Relevansi, pemikiran yang diajukan harus berusaha menerangkan fakta-fakta yang dihadapi. Oleh karena itu hipotesis harus relevan dengan fakta yang hendak dijelaskan.
• Mampu untuk diuji, ini adalah ciri utama yang membedakan antara hipotesis ilmiah dan hipotesis non-ilmiah. Hipotesis harus memiliki kemampuan untuk diuji dengan fakta-fakta inderawi atau perhitungan logis.
• Bersesuaian dengan hipotesa yang telah diterima sebagai pengetahuan yang benar.
• Mempunyai daya ramal, hipotesis yang baik tidak saja mendeskripsikan fakta fakta, tetapi interpretasi yang dibuatnya mampu menjelaskan fakta-fakta sejenis yang tidak diketahui atau belum diselidiki.
• Sederhana, tujuan pemikiran manusia adalah mencapai pengetahuan yang benar dan sedapat mungkin pasti. Tapi dalam kenyataannya hasil pemikiran maupun alasan-alasan yang diajukan belum tentu selalu benar. Jadi ukuran dalam menentukan apakah suatu pemikiran atau penalaran adalah benar atau salah bukanlah rasa senang atau tidak senang, enak atau tidak enak, melainkan cocok atau tidak dengan fakta atau tidak.

Empat Pertanyaan pemandu perumusan masalah :
• Apa yang hendak ditegaskan atau apa pokok pernyataan yang diajukan.
• Bagaimana hal itu : Atas dasar orang sampai pada kesimpulan atau pertanyaan itu ?
• Bagaimana jalan pikiran yang mengaitkan alasan-alasan yang diajukan dan kesimpulan yang ditarik? Bagaimana langkah-langkahnya ? Apakah kesimpulan itu sah ?
• Apakah kesimpulan atau penjelasan itu benar ? Apakah pasti ? Atau hanya mungkin tidak benar ?

Untuk membantu untuk menguji atau menganalisis suatu pemikiran, maka berguna sekali menyusun jalan pikirannya dalam bentuk sebuah skema, sehingga tampak jelas mana yang merupakan kesimpulan, mana yang asalan, serta bagaimana orang tertentu menarik kesimpulan tertentu dari alasan-alasan sebagai berikut :
• Pemikiran harus berpangkal dari kenyataan atau titik pangkalnya harus benar
• Alasan-alasan yang diajukan harus tepat dan kuat
• Jalan pikiran harus logis atau lurus/sah.
• Memadukan pikiran sadar dan bawah sadar, kita perlu tidak hanya menarik kesimpulan berdasarkan pikiransadar kita yang terbatas, tetapi juga berdasarkan pikiran bawah sadar kita yang luas.
• Keunikan individu, untuk menjadi lebih kreatif kita harus mengakui keunikan kita dan memanfaatkannya dengan memilih gagasan-gagasan yang kita anggap bernilai bagi kita berdasarkan tujuan, kebutuhan, dan pengalaman yang unik.
• Perasaan dan intuisi yang mendalam, intuisi kita sering tidak jelas dan tidak rasional malahan lebih merupakan pemikiran mental bawah sadar. Mungkin kondisi paling intern dari orang yang kreatif adalah sumber intern penilaian dan seleksi mereka.
• Kriteria, kita gunakan untuk menentukan gagasan mana yang terbaik dan merupakan standar sadar yang kita gunakan untuk mengukur nilai gagasan-gagasan kita. Kriteria ini memperkenalkan suatu unsur yang sadar, sistematis, berhati-hati, yang memabntu mengorganisasi dan memfokuskan kemempuan penyeleksian sadar serta bawah sadar kita.
• untuk memilih gagasan yang terbaik adalah menggunakan kriteria yang telah dibina untuk membantu mengevaluasi gagasan pemecahan masalah. Kemudian singkirkan gagasan yang bukan bukan atau menggelikan dan gagasan sejenisnya.
Langkah logico hypothetico verifikasi antara lain:
1. Perumusan masalah: pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas, batas-batasnya serta dapat
didetifikasi factor-faktor yang terlihat didalamnya.
2. Penyusunan kerangka berpikir: argumentasi yang menjelaskan ubungan yang mungkin antara berbagai
factor yang saling mengait dan membentuk konsisten permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun
secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang tahan terisi kebenaranya dengan memperhatikan
faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
3. Perumusan hipotesis: jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan, yang materinya
merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
4. Pegujian hipotesis: pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk
memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
5. .Penarikan kesimpulan
Penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan diterima atau tidak: diterima, bagian penelitian ilmiah
karena mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah
teruji kebenarannya.


PENGARUH DISIPLISIN SISWA DAN MOTIVASI SISWA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 23 SAMARINDA


Kerangka berpikir
1. Pengaruh Disiplin Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda Kalimantan Timur
2. Pengaruh Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda Kalimantan Timur
3. Pengaruh Disiplin Siswa dan Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Samarinda Kalimantan Timur
Hipoteis(H0)
1. Diduga Tidak Terdapat Pengaruh Positif Disiplin Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda Kalimantan Timur
2. Diduga Tidak Terdapat Pengaruh Positif Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda Kalimantan Timur
3. Diduga Tidak Terdapat Pengaruh Positif Disiplin Siswa dan Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Samarinda Kalimantan Timur


Hipotesis (Ha)
1. Diduga Terdapat Pengaruh Positif Antara Disiplin Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda Kalimantan Timur
2. Diduga Terdapat Pengaruh Positif Antara Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda Kalimantan Timur
3. Diduga Terdapat Pengaruh Positif Antara Disiplin Siswa dan Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Samarinda Kalimantan Timur

Pengujian Hipotesis : Menggunakan Regresi Linier Berganda:


Analisa datanya adalah sebagai berikut:
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka di dapatkan model dugaan awal persamaan regresi sebagai berikut:
Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.890 8.363 .704 .486
Disiplin Siswa .565 .141 .599 4.008 .000
Motivasi Siswa .333 .177 .281 1.880 .068
a Dependent Variable: Hasil Belajar


Model umum persamaan regresi:

Berdasarkan tabel Coefficients di atas maka didapatkan model dugaan awal regresi:

Untuk mengetahui apakan model dugaan awal tersebut itu benar maka perlu dilakukan uji asumsi dalam melakukan regresi linier berganda sebagai berikut:






1. Uji Multikolinieritas

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 5.890 8.363 .704 .486
Disiplin Siswa .565 .141 .599 4.008 .000 .354 2.827
Motivasi Siswa .333 .177 .281 1.880 .068 .354 2.827
a Dependent Variable: Hasil Belajar

Berdasarkan bagian Coeffisients , terlihat bahwa nilai VIF dari masing-masing variabel bebas adalah kurang dari 10, yaitu nilai disiplin guru dan motivasi guru memiliki nilai VIF masing-masing sebesar 2,827. Hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi tidak terjadi Multikolinieritas
2. Uji Autokorelasi
Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .841(a) .708 .692 1.32036 1.844
a Predictors: (Constant), Motivasi Siswa, Disiplin Siswa
b Dependent Variable: Hasil Belajar

Berdasarkan output Model Summary terlihat bahwa nilai Durbin - Wiston (d) sebesar 1,844 dan nilai ini terletak antara interval ( -2 ≤ d ≤ 2 ). Hal ini menunjukkan bahwa pada model Regresi tidak terjadi autokorelasi

4. Uji Heteroskedastisitas
ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .485 2 .242 .303 .740(a)
Residual 29.593 37 .800
Total 30.078 39
a Predictors: (Constant), Motivasi Siswa, Disiplin Siswa
b Dependent Variable: ABS_REST








Keputusan dan kesimpulan
Karena nilai Sig. pada tabel Anova = 0,740 > dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 90% menyatakan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas pada model regresi.

4.Uji Kenormalan Residual
Grafik normalitas residual dengan menggunakan histogram











Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Unstandardized Residual 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%



Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Unstandardized Residual .188 40 .001 .845 40 .000
a Lilliefors Significance Correction


Grafik normalitas residual dengan menggunakan histogram









Keputusan dan kesimpulan : Karena nilai Sig. pada tabel test of normality Kolmogorov Smirnov = 0,01< α = 0,05 maka diputuskan untuk menolak H¬0. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% menyatakan bahwa residual data berdistribusi normal
Karena semua asumsi telah terpenuhi makan dapat dilakukan pengujian regresi linier berganda sebagai berikut:
1. Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .841(a) .708 .692 1.32036
a Predictors: (Constant), Motivasi Siswa, Disiplin Siswa
b Dependent Variable: Hasil Belajar
Berdasarkan tabel model summary di atas diperoleh nilai koefisien determinasi (R) sebesar 0,841atau 8,41%. Hal ini berarti Terdapat Pengaruh Positif Antara Disiplin Sisws dan Motivasi Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim Sebesar 8,41%.
Karena nilai R = 84,1% terletak di antara selang 80% ≤ R < 100% Sangat Erat
maka pola hubungannya kuat (erat).


Untuk melihat pola hubungannya dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
Kategori Korelasi
0 ≤ R < 40% Sangat lemah
20% ≤ R < 60% Lemah
40% ≤ R 60% Cukup Kuat(Erat)
60% ≤ R < 80% Kuat(Erat)
80% ≤ R < 100% Sangat Erat

Untuk melihat nilai korelasi antar variabel bebas maka dapat dilakukan pengujian dengan korelasi bivariat pearson sebagai berikut:
Correlations

Hasil Belajar Disiplin Siswa Motivasi Siswa
Hasil Belajar Pearson Correlation 1 .825(**) .762(**)
Sig. (2-tailed) . .000 .000
N 40 40 40
Disiplin Siswa Pearson Correlation .825(**) 1 .804(**)
Sig. (2-tailed) .000 . .000
N 40 40 40
Motivasi Siswa Pearson Correlation .762(**) .804(**) 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .
N 40 40 40
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Analisis untuk : Disiplin Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IX di
SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim

H0 : Tidak terdapat Pengaruh Antara Disiplin Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim

H1 : Terdapat Pengaruh Antara Disiplin Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Kelas IXdi SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim

Taraf Signifikansi : α < 0,10
Daerah Kritis : Menolak H0 bila nilai Sig. < ¬α = 0,10
Keputusan dan kesimpulan
Karena nilai Sig. (2-tailed) pada tabel korelasi pearson = 0,000 < α 0,05maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% menyatakan bahwa Terdapat Pengaruh Positif Antara Disiplin Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim


Analisis untuk : Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMP
Negeri 23 Smarinda Kaltim

Analisis Hipotesis
H0 : Tidak Terdapat Pengaruh Antara Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim


H1 : Terdapat Pengaruh Antara Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Siswa di SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim



Taraf Signifikansi : α < 0,10
Daerah Kritis : Menolak H0 bila nilai Sig < ¬α = 0,10
Keputusan dan kesimpulan :
Karena nilai Sig. (2-tailed) pada tabel korelasi pearson = 0,000 < α 0,05maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% menyatakan bahwa terdapat Pengaruh Antara Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim


Taraf Signifikansi : α = 0,10
Daerah Kritis : Menolak H0 bila nilai Sig < ¬α 0,10
Keputusan dan kesimpulan :
Karena nilai Sig. (2-tailed) pada tabel korelasi pearson = 0,00 α < 0,05 maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% menyatakan bahwa Terdapat Pengaruh Yang signifikan Antara Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa IX di SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .841(a) .708 .692 1.32036
a Predictors: (Constant), Motivasi Siswa, Disiplin Siswa
b Dependent Variable: Hasil Belajar


R-square dari model summary di atas didapatkan sebesar 0,708 hal ini berarti bahwa sebesar 70,8% variasi yang terjadi pada model regresi disebabkan oleh nilai Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim dan sisanya sebesar 29,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat diketahui.


Uji Simultan

ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 156.271 2 78.135 44.819 .000(a)
Residual 64.504 37 1.743
Total 220.775 39
a Predictors: (Constant), Motivasi Siswa, Disiplin Siswa
b Dependent Variable: Hasil Belajar

Analisis Hipotesis :
H0 : Secara simultan variabel Tidak Terdapat Pengaruh Antara Disiplin dan Motivasi
Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim
H1 : Secara simultan variabel Terdapat Pengaruh Antara Disiplin dan Motivasi Siswa
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim


Taraf Signifikansi : α < α 0,05
Daerah Kritis : Menolak H0 bila nilai Sig < ¬α = 0,05
Keputusan dan kesimpulan :
Karena nilai Sig. pada tabel anova = 0,000 <α=0,05 maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% menyatakan bahwa Secara simultan variabel Terdapat Pengaruh Yang Signifikan Antara Disiplin Siswa dan Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim


Uji Parsial

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.890 8.363 .704 .486
Disiplin Siswa .565 .141 .599 4.008 .000
Motivasi Siswa .333 .177 .281 1.880 .068
a Dependent Variable: Hasil Belajar





Analisis untuk Pemahaman Disiplin Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim

Hipotesis:
H0 : Secara parsial variabel Disiplin Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX di
SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim


H1 : Secara parsial variabel Disiplini Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri
23 Samarinda Kaltim


Taraf Signifikansi :
Daerah Kritis : Menolak H0 bila nilai Sig < ¬ 0,10
Keputusan dan kesimpulan :
Karena nilai Sig. pada tabel coefficient = 0,00 < maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 90% menyatakan bahwa secara parsial variabel : Terdapat Pengaruh Yang Signifikan Antara Disiplin Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim



Analisis untuk Hipotesis
H0 : Secara parsial variabel Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX di
SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim


H1 : Secara parsial variabel Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX di
SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim


Taraf Signifikansi : α = 0,10
Daerah Kritis : Menolak H0 bila nilai Sig. < α = 0,10
Keputusan dan kesimpulan
Karena nilai Sig. pada tabel coefficient = 0,07 < α 0,10 maka diputuskan untuk menerima H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 90% menyatakan bahwa Secara parsial variabel : Terdapat Pengaruh Antara Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim




Setalah dilakukan uji secara parsial tersebut maka didapatkan modelpersamaan regresi sebagai berikut:


Di mana:
= Hasil Belajar Siswa
X1 = Disiplin Siswa
X2 = Motivasi Siswa
Interpretasi model persamaan regresi
Apabila , dilakukan penambahan 1 skor nilai Disiplin Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim sebesar 0,57
Apabila dilakukan setiap penambahan 1 skor nilai Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim sebesar 0,33
Kesimpulan:
Berdasarkan analisis data Terdapat Pengaruh Yang Signifikan Antara Disiplin Siswa dan Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim, Adapun yang mempunyai pengaruh kuat adalah Disiplin Siswa sebesar 0,57 atau 57 %, sedangkan Motivasi Siswa memperoleh hasil 0,33 atau 33%

5.Penarikan Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pengujian Hipotesis dan analisis databdengan menggunakan uju Regresi Linier berganda, melaui 4 macam uji asumsi yaitu : Uji Multikolinieritas, Uji Autokorelasi, Uji Heterokedastisitas dan Uji Normalitas maka dapat disimpulkan:

Pertama:Terdapat Pengaruh Positif Antara Disiplin Siswa(X1) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa (Y) Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda dengan kata lain semakin tinggi disiplin siswa maka semakin tinggi peningkatan hasil belajar siswa
Demikian sebaliknya apabila disiplin siswa rendah peningkatan hasil belajar siswa juga rendah.
Berdasarkan tabel model summary di atas diperoleh nilai koefisien determinasi (R) sebesar 0,841atau 8,41%. Hal ini berarti Pengaruh Antara Disiplin Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di Kelas IX SMP Negeri 23 Samarinda sebesar 8,41%.Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang sangat erat antara Disiplin Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di Kelas IX SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim
Sedangkan dari hasil korelasi person dapat disimpulkan sebagai berikut:
Karena nilai Sig. (2-tailed) pada tabel korelasi pearson = 0,000 < α 0,05maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% menyatakan bahwa Terdapat Pengaruh Antara Disiplin Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim
Hasil R-square dari model summary di atas didapatkan sebesar 0,708 hal ini berarti bahwa sebesar 78,8% variasi yang terjadi pada model regresi disebabkan oleh nilai Disiplin Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim
Hasil Uji Simultan adalah: nilai Sig. pada tabel anova = 0,000 <α=0,05 maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% menyatakan bahwa Secara simultan variabel Terdapat Pengaruh Yang Signifikan Antara Disiplin Siswa dan Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim
Hasil Uji Parsial: Karena nilai Sig. pada tabel coefficient = 0,00 < maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 90% menyatakan bahwa secara parsial variabel : Terdapat Pengaruh Antara Disiplin Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim
Hasil dari Persamaan Regresi Linier Berganda memperoleh hasil analisa sebagai berikut:

Interpretasi model persamaan regresi
Apabila , dilakukan penambahan 1 skor nilai Disiplin Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim sebesar 0,57 atau 57 %

Kedua: Terdapat Pengaruh Antara Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa kelas IX din SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa semakin tinggi motivasi siswa maka semakin tinggi peningkatan hasil belajar siswa demikian juga sebaliknya semakin rendah motivasi belajar siswa maka semakain rendah juga peningkatan hasil belajar siswa. Dari Variabel Independen (bebas) Motivasi Siswa (X2) terhadap peningkatan hasil belajar siswa (Y) dependen variable (terikat) dengan analisa dari Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Berdasarkan tabel model summary di atas diperoleh nilai koefisien determinasi (R) sebesar 0,841atau 8,41%. Hal ini berarti terdapat Pengaruh Antara Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar siswa Kelas IX di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim
sebesar 8,41%. Atau dapat dikatakan Sangat Erat
Untuk melihat nilai korelasi antar variabel bebas maka dapat dilakukan pengujian dengan korelasi bivariat pearson sebagai berikut:
Karena nilai Sig. (2-tailed) pada tabel korelasi pearson = 0,000 < α 0,05maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% menyatakan bahwa Terdapat Pengaruh Antara Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim.
Hasil Uju Korelasi Pearson: Karena nilai Sig. (2-tailed) pada tabel korelasi pearson = 0,000 < α 0,05maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% menyatakan bahwa terdapat Pengaruh Antara Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim
Hasil Analisa Korelasi pearson:Karena nilai Sig. (2-tailed) pada tabel korelasi pearson = 0,00 α < 0,05 maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% menyatakan bahwa Terdapat Pengaruh Yang signifikan Antara Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim
Hasil R-square dari model summary di atas didapatkan sebesar 0,708 hal ini berarti bahwa sebesar 78,8% variasi yang terjadi pada model regresi disebabkan oleh nilai Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim
terhadap kinerja guru dan sisanya sebesar 29,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat diketahui.


Hasil Uji Simultan :Karena nilai Sig. pada tabel anova = 0,000 <α=0,05 maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% menyatakan bahwa Secara simultan variabel Terdapat Pengaruh Yang Signifikan Antara Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim
Hasil Uji Parsial :Karena nilai Sig. pada tabel coefficient = 0,00 < maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 90% menyatakan bahwa secara parsial variabel : Terdapat Pengaruh Antara Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim
Hasil Analisa Uji Parsial :Karena nilai Sig. pada tabel coefficient = 0,07 < α 0,10 maka diputuskan untuk menerima H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 90% menyatakan bahwa Secara parsial variabel : Terdapat Pengaruh Antara Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim

Setalah dilakukan uji secara parsial tersebut maka didapatkan modelpersamaan regresi sebagai berikut:



Interpretasi model persamaan regresi
Apabila dilakukan setiap penambahan 1 skor nilai Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim sebesar 0,33 Berdasarkan analisis data Terdapat Pengaruh Yang Signifikan Antara Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim, sebesar 0,33 atau 33%

Ketiga: Dari beberapa macam uji dapat disimpulkan bahwa: Karena semua asumsi telah terpenuhi makan dapat dilakukan pengujian regresi linier berganda sebagai berikut:
1. Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Berdasarkan tabel model summary di atas diperoleh nilai koefisien determinasi (R) sebesar 0,841atau 8,41%. Hal ini berarti terdapat hubungan antara Gaya kepemimpinan dan Pemahaman Good Governan terhadap Kinerja Auditor di Kantor Depag Kaltim sebesar 8,41%.
Untuk melihat nilai korelasi antar variabel bebas maka dapat dilakukan pengujian dengan korelasi bivariat pearson sebagai berikut:

Keputusan dan kesimpulan
Karena nilai Sig. (2-tailed) pada tabel korelasi pearson = 0,000 < α 0,05maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% menyatakan bahwa Terdapat Pengaruh Antara Disiplin Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim
Karena nilai Sig. (2-tailed) pada tabel korelasi pearson = 0,000 < α 0,05maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% menyatakan bahwa terdapat Pengaruh Antara Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim


Keputusan dan kesimpulan
Karena nilai Sig. (2-tailed) pada tabel korelasi pearson = 0,00 α < 0,05 maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% menyatakan bahwa Terdapat Pengaruh Yang signifikan Antara Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim
R-square dari model summary di atas didapatkan sebesar 0,708 hal ini berarti bahwa sebesar 78,8% variasi yang terjadi pada model regresi disebabkan oleh nilai Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Smarinda Kaltim
terhadap kinerja guru dan sisanya sebesar 29,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat diketahui.



Uji Simultan
Keputusan dan kesimpulan
Karena nilai Sig. pada tabel anova = 0,000 <α=0,05 maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% menyatakan bahwa Secara simultan variabel Terdapat Pengaruh Yang Signifikan Antara Disiplin Siswa dan Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim


Uji Parsial:
Keputusan dan kesimpulan
Karena nilai Sig. pada tabel coefficient = 0,00 < maka diputuskan untuk menolak H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 90% menyatakan bahwa secara parsial variabel : Terdapat Pengaruh Antara Disiplin Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim
Karena nilai Sig. pada tabel coefficient = 0,07 < α 0,10 maka diputuskan untuk menerima H¬0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 90% menyatakan bahwa Secara parsial variabel : Terdapat Pengaruh Antara Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim

Setalah dilakukan uji secara parsial tersebut maka didapatkan modelpersamaan regresi sebagai berikut:


Di mana:
= Hasil Belajar Siswa
X1 = Disiplin Siswa
X2 = Motivasi Siswa
Interpretasi model persamaan regresi
Apabila , dilakukan penambahan 1 skor nilai Disiplin Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim sebesar 0,57
Apabila dilakukan setiap penambahan 1 skor nilai Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim sebesar 0,33
Kesimpulan:Berdasarkan analisis data Terdapat Pengaruh Yang Signifikan Antara Disiplin Siswa dan Motivasi Siswa Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMP Negeri 23 Samarinda Kaltim, Adapun yang mempunyai pengaruh kuat adalah Disiplin Siswa sebesar 0,57 atau 57 %, sedangkan Motivasi Siswa memperoleh hasil 0,33 atau 33%




Jawaban soal nomor 2:
Perenungan Kefilsafatan (Philosophical Reflection)
A. Apakah Filsafat itu?
1. Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan tindakan
Filsafat tidak mengajarkan pengetahuan praktis, mis. bagaimana membuat roti, bagaimana mengatasi stres, dsb.
Tujuan filsafat = mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, menerbitkan, dan mengatur semuanya itu dalam bentuknya yang sistematis.
Filsafat membawa kepada pemahaman. Pemahaman membawa kepada tindakan yang lebih baik.
Contoh: Socrates (470 – 399 SM) dihukum mati dengan minum racun tahun 399 SM karena dituduh merusak jiwa kaum muda Athena. Socrates sebenarnya memiliki kesempatan untuk membebaskan diri, misalnya dengan bantuan teman-temannya yang kaya dia bisa melarikan diri. Tetapi dia justru “taat” pada keputusan penguasa yang telah memfitna dia. Mengapa Socrates mau bertindak demikian?
Kita belajar dari Socrates bagaimana memutuskan tindakan tertentu. Sebelum suatu tindakan tertentu yang baik diambil, Socrates berkumpul bersama teman-temannya, mereka mendiskusikan alasan-alasan apa jika Socrates melarikan diri. Mereka juga membicarakan apakah tindakan melarikan diri itu lebih baik secara moral dibandingkan dengan “menerima” hukuman? Akhirnya dalam diskusi itu mereka sampai pada pemikiran bahwa memang tidak tepat bagi Socrates untuk melarikan diri. Di sinilah pemikiran filsafat selesai. (Paradoks Socrates: Virtue is one, virtue is knowledge, and no one is knowingly does what is bad!)
Socrates kemudian memutuskan (mengambil tindakan) praktis tertentu, yakni tidak melarikan diri. Tindakan ini tentu bersumber dari pemikiran dan renungan filosofisnya, tetapi tindakan praktis tersebut bukanlah bagian dari pemikirannya.
Coba camkan ini: Tindakan tertentu kita (pikirkan tindakan konkret tertentu) bersumber dari pemikiran kita tetapi bukan merupakan bagian dari pemikiran kita.
2. Keinginan kefilsafatan ialah pemikiran secara ketat
Filsafat memang bukan sebuah ilmu praktis. Lalu, jenis ilmu apakah filsafat? Filsafat merupakan suatu analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu masalah, dan menyusun secara sengaja serta sistematis berdasarkan suatu sudut pandang yang menjadi dasar suatu tindakan. Filsafat melakukan perenungan filosofis atas masalah yang dihadapi dan memahaminya secara logis dan argumentatif.
Contoh:
Penalaran: Seluruh tindakan dan perilaku manusia ditentukan oleh alam bawah sadar dan kehendak pihak luar yang memiliki otoritas. Karena itu, manusia bukanlah makhluk yang bebas.
Bagaimana perenungan filosofis atas penalaran ini? Yang jelas, kerja filsafat menuntut seseorang melakukan perenungan secara hati-hati, lalu menyusun pemikirannya atas penalaran ini secara sistematis. Dalam menyusun pemikirannya yang logis dan sistematis itu, seseorang memiliki sudut pandang tertentu (misalnya merujuk pemikirannya ke tokoh atau filsuf tertentu, dsb). Pemikiran yang dihasilkan ini, pada gilirannya, dapat menjadi dasar suatu tindakan. Tapi ingat, tindakan konkret bukanlah bagian dari perenungan filosofis itu sendiri.
Dari sini bisa disimpulkan bahwa yang dilakukan seseorang dalam perenungan filosofis adalah: (a) meragukan segala sesuatu; (b) mengajukan pertanyaan; (c) menghubungkan gagasan yang satu dengan gagasan lainnya; (d) menanyakan “mengapa”; (e) mencari jawaban mendasar dari sekian kemungkinan jawaban yang tersedia.
3. Sejumlah makna khusus yang dikandung istilah “filsafat”
Apakah kamu pernah mendengar lelucon tertentu mengenai filsafat? Misalnya, ketika seseorang mengatakan kepada kamu bahwa dia tidak mampu hidup di Jakarta karena kota itu terlalu sumpek, kotor dan macet. Lalu, temannya yang mendengar keluhan ini menjawab dengan berkata, “Sudahlah, hayati saja hidup di Jakarta secara filosofis!” Ini contoh kesalahpahaman mengenai filsafat.
Contoh ini menunjukkan sekaligus 3 kesalahpahaman mengenai filsafat. (1) Orang mengira bahwa belajar filsafat berarti memiliki sikap acuh tak acuh (indifferent); (2) orang menyangka bahwa belajar filsafat tidak lebih dari sekadar menekan perasaan; atau (3) masyarakat umumnya berpikir bahwa mempelajari filsafat hanya akan mengaburkan pemahaman. Bahwa setelah memahami sesuatu (being), sesuatu yang dipelajari itu kehilangan sifat penting (termasuk subjek yang memahami itu). Apakah filsafat memang memiliki karakteristik semacam ini? Jika filsafat memiliki karakteristik seperti itu, sungguh ilmu ini memang tidak punya manfaat apa-apa bagi kehidupan manusia. Sayangnya filsafat tidak seperti yang dituduhkan orang.
4. Filsafat merupakan pemikiran secara sistematis
Jika filsafat tidak memiliki karakteristik seperti yang dituduhkan di atas, lalu apa karakteristik atau sifat utama filsafat? Filsafat adalah ilmu yang menonjolkan pemikiran secara sistematis. Kegiatan kefilsafatan adalah merenung (reflecting). Yang dikerjakan seorang filsuf bukan sembarang perenungan tetapi perenungan filosofis (philosophical reflection). Yang dimaksud dengan perenungan filosofis adalah percobaan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional, yang memadai untuk memahami dunia tempat kita hidup, maupun untuk memahami diri kita sendiri.
Di sini jelas, bahwa kegiatan perenungan filosofis diarahkan kepada memikirkan secara sistematis realitas (atau ada sejauh dipikirkan) dan merefleksikan subjek yang berpikir.
Perenungan filosofis selalu terjadi dalam konteks historis dan dalam tradisi filosofis. Dalam konteks historis karena realitas yang dihadapi dan yang mendorong refleksi filosofis adalah faktitas (a given reality) dalam konteks ruang dan waktu tertentu. Sementara pemahaman atas realitas itu terjadi dalam konteks sejarah filsafat yang telah berumur lebih dari 2.500 tahun. Ribuan filsuf telah memikirkan masalah yang kurang lebih sama. Yang dilakukan seorang filsuf sekarang adalah mendialogkan pemikirannya dalam tradisi pemikiran filosofis yang ada.
B. Ciri-ciri pikiran kefilsafatan (philosophical reflection)
1. Suatu bagan konsepsional
Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional. Berhadapan dengan realitas, pikiran manusia menangkap konsep-konsep tertentu mengenai sesuatu. Konsepsi mengenai sesuatu tidak lain adalah abstraksi atau generalisasi mengenai sesuatu. Misalnya, kamu berhadapan dengan serangkaian fakta atau kejadian berikut:
Arman seorang pemuda taat beragama, pintar, bertanggung jawab.
Yanto seorang pemuda Muslim yang saleh, rajin, dan bertanggung jawab.
Grace seorang aktivis gereja yang tekun beribadah dan bertanggung jawab.
Apa yang bisa disimpulkan dari fakta ini? Pikiran manusia akan mengabstraksi dan menggeneralisasi fakta-fakta ini untuk menemukan sebuah konsep yang abstrak dan universal yang dapat menjelaskan baik fakta-fakta ini maupun fakta-fakta lainnya yang sepadan. Kesimpulannya: “Orang yang taat beragama akan memiliki rasa tanggung tanggung jawab yang besar.”
Abstraksi dan generalisasi ini sekaligus memicu refleksi filosofis lebih lanjut. Misalnya, mengapa orang yang taat beragama memiliki tanggung jawab yang besar? Apakah ada keniscayaan hubungan antara fakta taat beragama dengan sifat tanggung jawab? Atau, jangan-jangan hubungan ini hanya sebuah kebetulan? Lalu, apa yang dimaksud dengan taat beragama? Definisi taat beragama penting untuk menguji sejauh mana pengkategorian taat beragama pada diri Arman, Yanto, dan Grace bisa dipertanggungjawabkan secara rasional. Lalu, apa yang dimaksud dengan tanggung jawab? Pertanyaan-pertanyaan reflektif ini memicu perenungan filosofis. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah refleksi filosofis yang sistematis, rasional, dan menyeluruh. Seluruh pemikiran dalam refleksi filosofis ini, jika diperhatikan, sebenarnya mengungkapkan sebuah bagan konsepsional tertentu.
2. Sebuah sistem filsafat harus bersifat koheren
Pemikiran filosofis sebagai pengejawantahan dari refleksi filosofis harus bersifat koheren, artinya bersifat runtut. Keruntutan berpikir filosofis di sini umumnya berhubungan dengan bagaimana kemampuan pikiran manusia mengoperasikan prinsip-prinsip berpikir rasional.
Misalnya, kita berhadapan dengan dua fakta berikut.
Fakta A : Yanto lulus ujian akhir semester karena rajin belajar
Fakta B : Tidak benar bahwa Yanto lulus ujian akhir semester karena rajin belajar
Dari kedua fakta ini bisa disusun cara berpikir yang koheren atau runtut (konsisten) berikut:
• Jika A BENAR maka B SALAH. Kedua-duanya tidak bisa benar pada waktu yang sama.
• Jika B BENAR maka A SALAH. Kedua-duanya tidak bisa benar pada waktu yang sama.
• Jika A SALAH maka B bisa BENAR/SALAH. Kedua-duanya bisa salah pada waktu yang sama.
• Jika B SALAH maka A bisa SALAH/BENAR. Kedua-duanya bisa salah pada waktu yang sama.
Mengenai hal ini akan dipelajari lebih jauh di materi logika (setelah UTS).
3. Filsafat merupakan pemikiran secara rasional
Bagan konsepsional yang menjadi salah satu ciri filsafat sebenarnya menunjukkan perangainya sebagai bagan atau intisari pemikiran filosofis yang koheren (logis/konsisten) sekaligus rasional. Sebenarnya sifat rasional dari refleksi filosofis hanyalah akibat logis dari sifatnya yang rasional. Di sini berlaku hukum bahwa yang logis itu pasti rasional. Artinya, pemikiran filosofis atas suatu masalah merupakan ekspresi dari sebuah bagan konseptual yang dibangun dengan argumentasi-argumentasi yang koheren (logis) dan rasional. Pendekatannya dapat bersifat deduktif, misalnya sebagaimana dipraktikkan oleh Baruch Spinoza (1632 – 1677) yang memulai perenungan filosofisnya dengan sebuah definisi yang menjadi acuan atau rujukan penjelasan atas realitas. Tetapi perenungan filosofis juga dapat mengambil pendekatan induktif, dalam arti mengabstraksi berbagai realitas untuk menangkap konsepsi-konsepsi umum dan universal yang pada gilirannya dapat menjadi rujukan penjelasan bagi realitas-realitas konkret.
4. Filsafat senantiasa bersifat menyeluruh (komprehensif)
Filsafat berusaha memberikan penjelasan tentang dunia seluruhnya, termasuk dirinya sendiri.
Suatu sistem filsafat harus bersifat komprehensif, artinya tidak ada sesuatu pun yang berada di luar jangkauannya. Filsafat akan memadai (tidak berat sebelah atau parsial) jika refleksi yang dihasilkannya bersifat menyeluruh. Inilah sifat comprehensiveness dari filsafat. Ini membedakan filsafat dari refleksi teologis atau pandangan-pandangan ideologi tertentu, atau bahkan kajian-kajian keilmuan.
5. Suatu pandangan dunia
Refleksi filosofis sebenarnya mengungkapkan sebuah weltanschaung (pandangan dunia) atau horizon tertentu. Pandangan dunia inilah yang menjadi latar atau horizon ketika kita memahami realitas, termasuk memahami diri kita sendiri.
Kita ambil satu filsuf sebagai contoh. Democritos (460-370 SM) mengatakan bahwa realitas ini terdiri dari banyak sekali unsur yang tidak bisa dibagi-bagi lagi menjadi unsur yang lebih kecil. Dia menyebut unsur ini dengan nama atom (dari kata Bahasa Yunani atomos, yakni a = tidak dan tomos = terbagi). Itulah sebabnya pemikiran Democritos disebut bersifat atomistik. Bagi Dia, atom adalah bagian dari materi yang sangat kecil sehingga tidak mampu diamati. Jumlah atom tidak terhingga. Atom sendiri dipahaminya sebagai “yang ada” dengan sifat tidak dijadikan, tidak berubah, dan tidak dapat dimusnahkan. Atom bergerak karena adanya ruang kosong. Apakah ruang kosong adalah sebuah “yang ada” seperti atom, tidak dijawab oleh Democritos. Aristoteles menambahkan pada pemikiran Democritos dengan menekankan bahwa ruang kosong termasuk “yang ada”, karena ruang kosong pun real. Jadi, yang tidak ada (ruang kosong) pun disebut “yang ada”.
Inilah contoh pandangan dunia yang dianut seorang filsuf. Pandangan dunia ini akan menjadi horizon bagi filsuf itu dalam memahami seluruh realitas, bagi dunia fisik (kebendaan) maupun manusia yang berpikir. Mengenai manusia misalnya, pandangan dunia semacam ini akan memunculkan masalah kebebasan dan dimensi sosial manusia. Yang jelas, memahami manusia secara atomistik mau tidak mau mengingkari kebebasan dan sosialitas manusia. Manusia sebagai atom adalah makhluk yang telah penuh pada dirinya sendiri, otonom, yang tidak membutuhkan atom-atom lain bagi eksistensinya. Manusia sebagai atom hanya membutuhkan ruang kosong untuk bergerak. Dalam ruang kosong yang menjadi prasyarat bagi pergerakannya itu, manusia praktis tidak mampu merealisasikan seluruh kebebasannya dalam artinya yang sebenarnya.
6. Suatu Definisi Pendahuluan
Satu pertanyaan yang belum dijawab adalah apakah filsafat itu? Uraian di atas tidak dengan sendirinya menjelaskan apa itu filsafat. Mengenai definisi filsafat, ada keberatan bahwa filsafat sulit didefinisikan ketika kita baru saja mulai mempelajarinya. Yang lebih tepat adalah mendefinisikan filsafat setelah kita selesai mempelajari pengantar filsafat, jadi definisi ditaruh di akhir bab. Tentu keberatan ini bisa dimengerti, karena memang definisi pada hakikatnya adalah mempersempit dan memiskinkan suatu konsep atau gagasan.
Meskipun demikian, definisi pendahuluan tetap harus diberikan, misalnya definisi etimologis. Secara etimologis, filsafat berasal dari kata Bahasa Yunani PHILO yang artinya cinta (philein berarti mencintai) dan SOPHIA yang artinya kebijaksanaan (wisdom). Jadi, secara etimologis filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan.
Sekali lagi filsafat bukanlah ilmu fisika yang mampu mengatakan bahwa “kecepatan adalah jarak dibagi waktu”. Seorang filsuf tidak mau menerima suatu fakta secara dangkal. Seorang filsuf menolak pemikiran atau pandangan yang sifatnya dogmatis. Karena itu, dari pada menjelaskan apa itu kecepatan, seorang filsuf bisa menanyakan “apa yang dimaksud dengan jarak?” “Apa yang dimaksud dengan waktu?” Dengan pertanyaan-pertanyaan semacam ini seorang filsuf menunjukkan hasrat atau cintanya yang mendalam akan kebijaksanaan.
Pengertian etimologis yang tampaknya sederhana ini sering disalahmengerti. Kadang orang beranggapan bahwa melakukan refleksi filosofis itu sama saja dengan mencari dan menemukan jawaban terdalam dari suatu pertanyaan tanpa cinta atau dorongan hasrat akan penemuan kebijaksanaan. Kata Philo dalam Bahasa Yunani sendiri tidak sekadar cinta, tetapi cinta yang didorong oleh hasrat yang menggebu (passion) untuk menemukan kebijaksanaan. Bandingkan pengalaman kamu ketika mencintai seorang sahabat di mana kamu mengatakan “I love you” dan mencintai seorang pacar atau orang tua ketika kamu mengatakan “I love you passionately”. Yang terakhir memberi warna khas pada cinta. Demikian juga dorongan untuk mencapai kebijaksanaan. Dia bukanlah cinta biasa yang hanya akan menghasilkan pengetahuan (knowledge) mengenai sesuatu. Dia adalah cinta yang menggebu, hasrat yang mendalam akan kebijaksaaan yang hasilnya bukan sekadar pengetahuan akan sesuatu tetapi kebijaksanaan (yang melampaui pengetahuan). Bandingkan ungkapan “dia seorang yang pintar” dan “dia seorang yang bijaksana”. Cinta akan kebijaksaaan membawa seseorang memahami dunia, orang lain, lingkungan, dirinya, Tuhan, dan seluruh “being” (yang ada) secara utuh, menyeluruh, mendasar, dan akurat.
7. Objek formal dan Objek Material Filsafat
Sebagai sebuah ilmu, apa yang membedakan filsafat dari ilmu-ilmu lain? Sebetulnya filsafat dan ilmu-ilmu lain memiliki kesamaan dasar, yakni sebagai abdi bagi kesejahteraan manusia. Artinya bahwa dengan mempelajari filsafat dan ilmu-ilmu pada umumnya, manusia memperoleh pengetahuan yang pada gilirannya menjadi sarana untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapinya dalam hidup sehari-hari. Dan karena tujuan tertinggi manusia adalah mencapai kebahagiaan atau kesejahteraan hidup, maka filsafat dan ilmu-ilmu lain membantu merealisasikan tujuan tersebut. Di sinilah sebetulnya, dari sudut pandang objek material, filsafat dan ilmu-ilmu pengetahuan lain memiliki kesamaan dasar. Semuanya mempertanyakan realitas, segala sesuatu yang dijumpai dalam hidup, menemukan jawaban atas persoalan-persoalan yang merisaukan, yang menjengkelkan, menggetarkan, menimbulkan rasa kagum dan heran, pesona, penuh tanya, dan sebagainya. Dengan demikian, dari sudut pandang objek material harus disimpulkan bahwa baik filsafat maupun ilmu-ilmu lain memiliki kesamaan dasar sebagai ilmu pengetahuan rasional yang berusaha mempertanyakan segala sesuatu yang dihadapi dalam hidup dengan maksud untuk menemukan jawaban finalnya.
Yang membuat filsafat berbeda dari ilmu pengetahuan lain adalah objek formalnya. Objek formal adalah cara pendekatan pada suatu objek material yang sedemikian khas sehingga mencirikan, atau mengkhususkan bidang kegiatan bersangkutan. Demikianlah, jika objek material filsafat adalah realitas sejauh eksis (yang sama dengan ilmu-ilmu lain), maka berdasarkan objek formalnya filsafat hendak mendalami dan mencapai sebab-sebab pertama (the first causes) atau sebab-sebab terakhir (the last causes). Sering juga dikatakan bahwa filsafat mau memahami sebab-sebab terdalam dari objek material, yakni manusia di dunia yang sedang mengembara menuju akhirat.
8. Sumber-sumber Filsafat
Filsafat bersumber pada pengalaman hidup sehari-hari. Dengan demikian, filsafat bersifat terbuka kepada semua orang, terutama kepada mereka yang tidak mau puas dengan kejelasan realitas. Oleh karena senjata utama filsafat adalah bertanya (mengajukan pertanyaan-pertanyaan), maka dengan bertanya kita sebetulnya terus mempersoalkan realitas. Pertanyaan biasanya diajukan, baik kepada kejelasan realitas maupun kepada subjek yang bertanya (mengetahui) itu sendiri.
Meskipun demikian, tidak semua peristiwa sehari-hari bisa difilsafatkan. Ada peristiwa tertentu yang dirasakan unik dan bermakna badi pribadi—hal yang eksistensial—saja yang biasanya difilsafatkan. Peristiwa-peristiwa unik tersebut antara lain kelahiran, kematian, pernikahan, penderitaan, pertobatan, rasa terperanjat, penyembuhan, dan sebagainya.
Tiga hal yang mendorong manusia berfilsafat (bertanya-tanya dan mencari jawaban ultimnya):
1. 1. Kekaguman
Filsafat dipahami sebagai bertanya-tanya disertai rasa kagum/heran. Beberapa filsuf menggarisbawahi hal ini.
(a) Plato (c. 428–427 BCE)
Orang yan berfilsafat diibaratkan dengan keadaan perjumpaan dengan (atau menjadi perantara dengan) dewa. Katanya, keadaan heran membuat seseorang menjadi pening karena telah mengatasi keadaan biasa, dan mulai berjumpa dengan perspektif orientaso bagi dirinya.
(b) Aristoteles (384 – 322 BCE)
Di dalam segala kegiatan manusia sehari-hari, filsafat—dengan rasa heran sebagai perangsangnya—menelusuri kembali/terus bertanya tentang apa-apa yang diambilnya. “Kemampuan untuk mengadakan renungan filsafat mengangkat manusia di atas martabat dan derajatnya sendiri.”
(c) Immanuel Kant (22 April 1724 – 12 February 1804)
Dengan ucapan yang amat tersohor: “Coelum stellatum supra me, lex moralis intra me”. Kedua gejala yang paling mengherankan Kant adalah “langit berbintang-bintang di atasku”, dan “hukum moral dalam hatiku”.
(d) Gabriel Marcel (7 December 1889 – 8 October 1973)
Dengan keheranan/kekaguman seseorang mengambil sikap menjadikan realitas bukan sebagai fakta tetapi sebagai misteri. Dalam pemahaman realitas sebagai misteri itulah teruntai indah hubungan I – Thou menjadi reaksi “kekitaan”.
1. 2. Kesangsian
Terumuskan dalam pertanyaan, “Apakah saya sungguh-sungguh bisa mengetahui sesuatu?” “Apakah sesuatu yang ku ketahui itu tidak menipuku?” Kalau saya ditipu oleh panca inderaku, maka keheranan dengan sendirinya akan gugur.
Di sini bisa disebutkan beberapa contoh:
(a) Agustinus (354 – 430 M)
Dalam ajarannya tentang iluminasi Agustinus menggeluti dengan serius masalah skeptisisme sebagai aliran pemikiran yang bisa diandalkan atau tidak. Dan menurut Agustinus, skeptisisme tidak tahan uji. Katanya: “Jika saya menyangsikan segala sesuatu, tidak dapat saya sangsikan bahwa saya sangsikan. Memang ada atau terdapat kebenaran-kebenaran yang teguh. Rasio insani dapat mencapai kebenaran-kebenaran yang tak terubahkan. Hak ini mungkin terjadi karena kita mengambil bagian di dalam Rasio Ilahi, di mana di dalam Rasio Ilahi tersebut terdapat kebenaran-kebenaran abadi: kebenaran-kebenaran yang mutlak dan tak terubahkan. Rasion Ilahi itu menerangi rasio insani. Allah adalah guru batiniah yang bertempat tinggal di dalam batin kita dan menerangi roh manusiawi kita dengan kebenaranNya.
(b) Rene Descartes (1596 – 1650 M)
Descartes terkenal sebagai filsuf skeptis yang berusaha mencari suatu kebenaran yang menjadi fondasi bagi segala pengetahuan. Menurutnya, kebenaran itu bersifat final, dalam arti kebal terhadap kesangsian. Untuk mencapai pengetahuan semacam itu ditempuh melalui jalan menyangsikan segala sesuatu, termasuk hal-hal yang umumnya sudah diangngap sebagai jelas, seperti dunia material, dimensi kebertubuhanku, dan bahwa Allah ada. Bagi Descartes, kebenaran yang tidak bisa disangsikan adalah cogito ergo sum yang artinya “saya berpikir, jadi saya ada”. Kebenaran tunggal ini yang membuat Descartes mampu memahami realitas secara claro et distincta. Inilah norma untuk menentukan kebenaran.
1. 3. Kesadaran akan keterbatasan
Di hadapan realitas yang terbatas ini manusia dengan dinamisme pikirannya berupaya untuk menemukan sesuatu yang tidak terbatas, yakni Realitas Mutlak. Begitu pula dengan pengalaman-pengalaman yang menggoncangkan eksistensi manusia, seperti kematian orang yang dicintai, kematian orang-orang yang tidak berdosa, bahkan kenyataan bahwa suatu ketika kita akan mati.
Karl Jasper (1883 – 1969), misalnya. Di hadapan berbagai macam ilmu yang juga berbicara mengenai manusia, Jasper tidak menemukan satu ilmu pun yang berbicara mengenai “aku sebagai subjek”. Proyek pencarian jati dari “aku sebagai subjek” inilah yang ia sebut sebagai penerangan eksistensi (existenzerhellung).
Existenzerhellung ini terjadi lewat:
1) Mengatasi dunia yang terbatas ini. Saya yang sudah terbatas tidak bisa menemukan dunia yang mendasari jati diriku dalam hal-hal yang terbatas. Apalagi saya tidak bisa melebur diri di dalam hal-hal yang terbatas.
2) Kemungkinan “penemuan” dunia yang menjadi dasar keberadaanku bisa mulai dirintis, antara lain lewat komunikasi yang sejati dengan sesama. Dalam komunikasi sejati di mana tidak ada kemungkinan saling mengobjekkan, manusia mulai memahami realitas yang lebih tinggi yang mendasari komunikasi sejati tersebut.
3) Jasper suka dengan idea Agustinus mengenai esse ad Deum (ke-ada-an manusia itu terarah kepada Allah). Allah yang hanya bisa diikuti jejak-jejaknya (vestigia Dei) melalui kesenian, mitologi, simbol-simbol, justru menjadi realitas terakhir yang mengandung makna bagi eksistensiku. Bagi Jasper, (a) Allah ada atau ketiadaan. Dan Jasper memilih Allah ada; (b) kalau Allah ada, maka saya bisa berbicara juga mengenai tuntutan-tuntutan etis yang absolut, yang akhirnya dirancang dan didasri oleh Allah; (c) dunia mempunyai status yang bersifat sementara di antara Allah dan manusia.
9. Mengapa Belajar Filsafat?
Tidak ada seorang pun yang akan berhenti berpikir. Oleh karena alasan inilah maka filsafat memainkan peranan yang sangat krusial dalam proses pemikiran manusia, yakni menjadikan pemikiran tersebut menjadi lebih jelas dan tetap (konstan) di hadapan realitas yang jamak dan sering membingungkan. Dengan ini lalu filsafat membantu setiap orang untuk memiliki perspektif tertentu. Mengenai hal ini, James K. Feibleman menulis:
“No one stops to think that it is the business of philosophy to bring clarity and consistency into all this confusion and to give the individual somewhere to stand while all the various new theoretical and practical advances swirl around him” (James K. Feibleman, Understanding Philosophy, A Popular History of Ideas, Jaico Publishing House, Mumbai, India,1999 (cet. Ke-4), h. 12).
Untuk menarik beberapa pemikiran mengenai kegunaan filsafat ilmu pengetahuan, sebaiknya kita memulainya dengan memahami terlebih dahulu apa manfaat dari mempelajari filsafat pada umumnya. Secara umum dikatakan bahwa filsafat memiliki dua kegunaan yang saling mendukung, yakni kegunaan bagi individual dan kegunaan bagi kehidupan sosial. Bagaimana kedua kegunaan filsafat ini dapat dipahami?
Dari segi manfaat atau kegunaan bagi individu, beberapa hal dapat dikatakan mengenai manfaat filsafat ini.
a) Filsafat berguna untuk memuaskan keinginan tahu individu yang sifatnya sederhana (belum complicated). Aspek inilah yang membuat manusia berbeda dari binatang. Pada taraf tertentu, kera misalnya, dapat berpikir, dengan misalnya mempertimbangkan adanya tongkat yang ada didekatnya yang dapat digunakan untuk mencapai pisang yang tergantung dalam sebuah ruangan. Meskipun demikian, kera tetap tidak dapat berpikir lebih jauh dari determinasi alat atau tongkat ini. Kera tidak dapat menghubungkan pikirannya dengan pengalaman pemikiran yang telah terjadi di masa lampau, apalagi memproyeksikan pemikirannya secara visioner ke masa depan. Hanya manusia yang dapat berpikir dalam ruang dan waktu tertentu.
Selain itu, di sini juga dapat dikatakan bahwa selama hidup—dari masa kanak-kanak sampai meninggal dunia—manusia harus melewati dua tahap pengenalan (kesadaran) yang penting, yakni tahap keadaan ketidaktahuan (the state of innocence) dan tahap kehilangan ketidaktahuan (the innocence lost). Keadaan ketidaktahuan pada masa kanak-kanak sebetulnya penuh dengan keinginantahu (curiosity) yang menempatkan masa kanak-kanak sebagai tahap yang penuh dengan pertanyaan. Di sini dapat disimpulkan, bahwa jika filsafat memiliki asal-muasal, maka asalnya tentulah pada masa kanak-kanak yang giat mengajukan pertanyaan tersebut. Pertanyaan dan keingintahuan anak-anak ini apabila dimatikan atau dijawab secara sangat otoritatif dan ideologis akan mematikan dan menghentikan kemampuan anak-anak untuk bertanya. Inilah yang dimaksud dengan keadaan the innocence lost tersebut.
b) Filsafat dapat membantu individu untuk menemukan prinsip-prinsip yang benar yang sangat bermanfaat dalam mengarahkan hidup dan perilakunya. Di sini kita berhadapan dengan peran dari cabang filsafat yang namanya filsafat moral atau etika. Dengan bantuan pemikiran filsafat moral (etika), individu semakin mendalami hidupnya, mempertanyakan secara moral seluruh tindakannya dan menetapkan prinsip-prinsip yang baik bagi hidupnya. Dengan ini individu membebaskan diri dari kedangkalan hidup atau hidup yang hanya menuruti keinginan dari luar saja, kehidupan tanpa subjektivitas.
c) Filsafat sangat membantu individu untuk memperdalam hidupnya. Filsafat hukum misalnya, membantu manusia mengintensifkan makna dari hukum bagi masyarakat pada umumnya dan para praktisi hukum itu sendiri. Misalnya dalam memahami keterbatasan dari hukum positif dan pentingnya rasa keadilan masyarakat yang harus dihormati dan dijunjung tinggi dalam setiap keputusan hukum. Sementara itu, filsafat ilmu pengetahuan membantu individu (ilmuwan) semakin mendalami ilmunya. Tidak jarang terjadi bahwa semakin seseorang mendalami ilmunya filsafat, semakin ia mampu mengatasi disiplin keilmuannya yang empiris dan metodis dan memasuki dunia yang non-empiris, tetapi yang menarik akal budi dan menghantui batinnya. Albert Einstein misalnya, tidak hanya menjadi seorang ilmuwan (ahli fisika) murni. Ia adalah seorang ilmuwan dan filsuf. Einstein bahkan berani mengatakan: “Science without religion is lame, religion without science is blind.” (Dikutip dari Charles P. Henderson, Jr., God and Science. The Death and Rebirth of Theism, John Knox Press, Atlanta,1986, h. 17). Tidak hanya itu. Filsafat seni (estetika) memampukan seseorang untuk melihat segala sesuatu dalam kerangka yang sangat pribadi. Estetika memfungsikan dan memperdalam penginderaan manusia. Estetika memampukan individu untuk melihat dunia dengan mata seorang seniman, yakni melihatnya secara sangat personal.
Sementara itu, dari segi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat, beberapa hal dapat dikatakan mengenai manfaat filsafat ini.
a) Prinsip-prinsip atau pemikiran filsafat membentuk organisasi sosial berdasarkan basis atau fondasi tertentu yang sifatnya permanen. Misalnya institusi-institusi sosial yang berdasarkan hukum-hukum positif tertentu yang telah disepakati bersama.
b) Filsafat sosial terdiri dari serangkaian prinsip-prinsip atau hukum-hukum yang menuntut keyakinan dan penerimaan atas kebenaran mereka. Selain itu, tentu saja juga persoalan dimensi ketaatan. Ambil saja beberapa contoh. Negara Amerika Serikat mendasarkan hidup bersama sebagai bangsa dan negara pada prinsip-prinsip American Declaration of Independence yang sangat dipengaruhi oleh gagasan dan pemikiran dua filsuf besar, yakni John Lock dan Montesquieu. Uni Soviet mendasarkannya pada filsafat dan ideologi Marxisme-Leninisme, dan Indonesia mendasarkannya pada filsafat dan ideologi Pancasila.
10. Cabang-cabang Filsafat
Ada enam cabang filsafat yang utama, yakni logika, epistemologi, etika, metafisika, filsafat politik, dan estetika.
Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari metode penalaran dan argumentasi.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menginvestigasi dasar dan hakikat pengetahuan manusia. Studi-studi epistemologi akan dipusatkan pada mempelajari sarana atau alat untuk mencapai pengetahuan, debat antara rasionalisme dan empirisme atau diskusi panjang antara pengetahuan apriori dan aposteriori.
Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mengkaji prinsip-prinsip dasar tindakan moral manusia, mengapa manusia bertindak berdasarkan prinsip moral tertentu dan mengeksklusikan prinsip moral lainnya, sejauh mana sebuah prinsip moral memadai sebagai landasan atau dasar tindakan, masalah kebebasan, tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya.
Sebagai salah satu cabang filsafat, metafisika adalah studi mengenai hakikat fundamental dari realitas. Pertanyaan-pertanyaan metafisika adalah “apa itu realitas?” dan “bagaimana kita bisa memahami realitas?” Metafisika bukan ilmu yang mempelajari realitas yang tidak tampak, realitas tak kasat mata, atau hal-hal di balik yang kelihatan. Metafisika justru mempelajari hal yang tampak atau kelihatan, mempertanyakan dan menemukan hakikat fundamental dari realitas yang nyata itu.
Filsafat politik khusus mempelajari pembentukan pemerintahan dan negara (alasan terbentuk, mengapa terbentuk), sistem kekuasaan mana yang lebih baik dibandingkan dengan sistem kekuasaan lainnya, apa tujuan terbentuknya sebuah negara, apa tujuan sebuah pemerintahan, dan sebagainya.
Filsafat seni atau estetika adalah studi atau kajian filosofis mengenai keindahan dan rasa keindahan sebagaimana terekspresikan dalam karya-karya sastra. Filsafat seni atau estetika mengkaji persepsi mengenai keindahan dan rasa seni, mengapa suatu ekspresi seni memiliki cita rasa seni yang tinggi dan sebaliknya, dan sebagainya.
Contoh nya : pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tentang terjadinya huja secara ilmiah adalah proses terjadinya penguapan air, namun apabila kita renungkan semua itu adalah kebesaran Allah, bahkan hujan aja bias terjadi hujan local atau menyeluruh juga karena Allah.